Pages

Jumat, 25 Oktober 2013

Penggila Pink


Cerpen ini gue buat dari ide temen gue yaitu Annisa Dwi Ayyuhan. Selamat membaca! ^^


 Penggila Pink

Fasha. Gue biasa dipanggil kayak gitu tiap harinya, padahal itu nggak tercantum dalam deretan nama gue. Loh, kok bisa? Iya, nama gue Deffa Shandwia, dan Fasha itu singkatan dari nama gue. Oh, ya! Lo pada jangan heran ya kalo lihat gue. Kenapa? Karena setiap hari, gue pasti pake benda yang berwarna pink. Itu pasti! Dari tas sekolah sampai jam tangan gue warnanya pink semua. Belum lagi kalo lo lihat seisi kamar gue. Dari mulai cat, seprei sampai barang-barang kecil di kamar gue serba pink deh pokoknya! Ya, walaupun nggak semuanya pink sih, tapi sebagian besar warnanya pink.
Gue emang terobsesi banget sama yang namanya warna pink. Entah sejak kapan, gue suka sama yang namanya warna pink. Sampai semua barang-barang yang gue punya, warnanya harus pink. Iya, itu harus. Lo jangan mikir gue gila karena emang gue tergila-gila sama warna pink. Pokoknya, pink itu warna terindah yang ada di dunia ini, menurut gue gitu.
Teman-teman gue di sekolah juga memberi predikat gue sebagai Miss Pink. Bahkan ada yang manggil gue dengan sebutan Pink. Emang gue penyanyi luar negeri itu apa? Ya, tapi nggak apa-apa sih, selama itu masih berkaitan dengan warna pink.

Sore ini, Mevia sama Shanya lagi main ke rumah gue. Kebetulan gue juga lagi sendirian di rumah. Gue jadi nggak boring. Begitu masuk rumah gue, Mevia langsung ngambil sesuatu dari tasnya. Biasanya sih, dia bawa katalog.
"Fasha! Liat nih katalog fashion terbaru, ada sendal cantik banget! Warnanya pink lagi," seru Mevia dengan hebohnya. Bener aja, dia bawa katalog.
"Mana, mana? Sini-sini cepet gue mau liat!" Gue yang tadinya lagi sibuk sama HP gue, langsung gue tinggalin gitu aja.
"Tuh, bagus kan?" Mevia ngasih katalog itu ke gue.
Gue langsung liat gambar sepatu itu. "Iya, bener, Vi. Gila, ini cantik banget!"
"Gue liat dong!" Shanya duduk di sebelah gue. "Eh, gila! Bener deh ini bagus banget!" Shanya ikut-ikutan heboh.
"Tapi sayang, warnanya cuma pink sama coklat. Nggak ada warna ungu sama hijaunya. Limited edition lagi. Kalau ada kan, kita bisa kembaran bertiga, ya nggak?" kata Mevia.
"Iya bener banget! Tapi ini keberuntungan lo, Sha," lanjut Shanya.
"Iya yah, sayang banget! Hehe... Iya nih, gue seneng banget. Tapi gue belum tentu beli beneran kan?"
"Lah, lo pasti beli beneran! Pasti itu!" Mevia ngotot.
"Ngotot banget lo, Vi?" ledek gue.
"Bukan, bukan ngotot! Gue cuma ngasih opini aja," bantah Mevia.
"Tapi heboh amat ya?"
"Ya, gitu juga boleh lah!" Mevia pasrah.
"Hahahaha..."
Kehebohan ini terus berlanjut. Katalog kali ini memang banyak memuat barang-barang baru yang super kece. Jadi ya, gue sama dua sahabat baik gue ini heboh banget.
Sore yang heboh gara-gara sendal keren di katalog fashion itu cepet berakhir. Mama gue pulang, mereka juga nyusul pulang ke rumah masing-masing karena waktu menunjukkan hampir pukul 5 sore. Tapi katalognya gue minta supaya ditinggal, soalnya gue mau nunjukkin ke Mama, siapa tau Mama mau beliin. Haha, semoga aja deh.
Malemnya, gue melancarkan aksi gue. Gue duduk di depan TV sambil bawa katalog. Volume TV sengaja gue kerasin, tapi guenya justru asik liat-liat katalog, biar menarik perhatian Mama gitu. Hihi...
"Lagi ngapain kamu?" tanya Mama. Bener aja, nggak perlu nunggu lama, Mama udah tertarik sama apa yang gue lakuin kali ini.
"Liat katalog, Ma." jawab gue dengan semangat.
"Katalog apa? Lah, belajarnya kapan? Terus itu TV volumenya dikecilin! Nggak lagi ditonton juga,"
"Katalog fashion, Ma. Mama tenang aja, aku udah belajar kok! Hehe, iyadeh aku kecilin volumenya. Habisnya ini Ma, barang-barangnya bagus banget!" gue ngecilin volume TV, habis itu nunjukin katalognya ke Mama.
Mama duduk di sebelah gue sambil ikut liat katalognya. "Iya, ya, bagus-bagus."
"Nih, Ma, terutama sendal ini, Ma. Bagus banget kan? Warna pink lagi," gue bersemangat banget nunjukkin sendal itu. Berharap Mama mau beliin.
Mama diam sejenak, gue agak harap-harap cemas.
"Kamu pengin?" tanya Mama. Yeay! Mama tau apa yang gue pikirin!
"Hehe... Habisnya bagus sih Ma, warnanya pink juga."
"Iya, iya. Besok atau kapan Mama beliin."
"Hehe... Makasih, Ma,"
Gue bersorak dalam hati. Seneng deh, Mama kali ini lagi pengertian banget ke gue. Bisa tidur nyenyak deh gue malem ini.

Hari ini gue capek banget. Begitu pulang sekolah gue langsung tiduran di kasur. Tapi, kok ini rumah kayak sepi banget ya? Gue ke dapur buat ambil minum. Sepi. Mama juga nggak ada. Lagi pergi kali ya. Tiba-tiba, gue denger suara pintu dibuka. Gue lari ke depan. Oh, ternyata Mama. Bener aja, Mama habis pergi. Tapi, dari mana ya?
"Fasha, Mama beliin sendal tuh! Buka sendiri," Mama meletakkan plastik berisi dus sendal di dalamnya di meja ruang tamu. Jadi, Mama habis beliin gue sendal. Yeay! Asik banget! Mama gue emang Mama yang paling top sedunia!
"Iya, Ma!" gue bersemangat banget buat liat sendal itu. Gue buka secepatnya. Tapi, oh, tidak!
"Mamaaa! Kok sendalnya bukan warna pink sih?"
"Katanya kamu pengin sendal yang kayak gitu?"
"Iya, sih, Ma. Tapi masa warnanya coklat sih? Kan aku sukanya warna pink. Yang pink ada kan?"
"Tapi, kalau menurut Mama, bagusan yang warna coklat."
"Yah, tapi kalo menurut aku bagusan warna pink, Ma. Kalo warna coklat aku nggak mau ah!"
"Nggak mau apa? Nggak mau make?"
"Kan bukan warna pink, Ma. Aku sukanya yang warna pink, nggak suka warna lainnya."
"Kamu itu apa-apanya kok harus warna pink sih? Warna lain juga banyak kok, bagus lagi. Kamu kan udah gede, udah kelas 3 SMP, jangan kayak anak kecil! Maunya ngotot itu-itu aja! Warna coklat kan bagus juga. Yang penting sendalnya kayak gitu kan? Mama udah beliin juga,"
Gue diam. Bete banget rasanya. Udah bete gara-gara sendalnya bukan warna pink, eh malah ditambahin dimarahin sama Mama. Betenya!
"Iya, Ma," kata gue pelan.
Tiba-tiba pintu diketuk. Gue buka pintunya. Ternyata Kak Danty. Gue yang lagi bete, nggak bisa nyapa Kak Danty duluan, kayak yang biasa gue lakuin tiap kali Kak Danty datang.
"Lagi kenapa kamu? Kok kayak lesu gitu?" tanya Kak Danty.
"Habis dibeliin sendal sama Mama, tapi salah warna." jawab gue males-malesan.
"Tuh, adikmu, Dan. Dibeliin sendal cuma salah warna aja, udah gitu." kata Mama.
"Emangnya, salah warna gimana, Ma?"
"Lah itu, maunya Fasha kan warna pink, nah Mama belinya warna coklat. Terus nggak mau make. Padahal yang warna coklat lebih bagus daripada yang warna pink." jelas Mama. Gue cuma diam aja dengerin penjelasan Mama.
"Oh, gitu ya, Ma. Fasha, Fasha," Kak Danty ngacak-acak rambut gue. "Coba liat mana sendalnya?"
"Ini, Kak," gue nunjukkin sendalnya ke Kak Danty.
"Ini kan bagus, Sha! Kok kamu nggak mau make?" tanya Kak Danty sambil nyoba sendal itu.
"Bukan warna pink, Kak," kata gue pelan karena saking betenya.
"Fasha mah, apa-apanya harus serba pink." kata Mama.
Kak Danty diam sejenak, lalu menghela nafas. "Ya udah lah Ma, biarin aja Fasha apa-apanya serba pink selama itu masih wajar. Fasha juga, lain kali jangan kayak gini! Mama kan udah usahain buat beli. Terus, berarti kalau kamu beli apa-apa, wajib beli sendiri."
"Loh, kok wajib sih?" tanya gue spontan.
"Tuh, dengerin dulu Kakak kamu, Sha!" perintah Mama.
"Iya, iya, Ma. Tapi kenapa harus wajib?"
"Iya, bukan wajib deh, tapi harus." kata Kak Danty.
"Sama aja kali Kak,"
"Ya udah, daripada nggak kepake, sendalnya buat Kak Danty aja ya? Lagian cuma kegedean dikit. Boleh kan, Sha?"
"Huft... Iya deh, buat Kak Danty aja." gue membolehkan, walaupun sebenarnya sayang juga sih, tapi warnanya itu lho yang bikin gue males makenya.
"Mama jadi beliin sendal buat Kak Danty, deh." kata Mama.
"Hehe, iya Ma. Makasih, Ma. Makasih juga, Sha, jangan manyun terus!"
"Iya, iya Kak,"
Pada akhirnya, sendal itu harus jadi punyanya Kak Danty. Gue suka banget modelnya, bener-bener bagus. Apalagi kalo warnanya pink. Cantik banget deh! Tapi, itu warna coklat, daripada nggak kepake, lebih baik buat Kak Danty aja walaupun agak kegedean sedikit. Tapi, gue masih pengen yang warna pink. Karena kecintaan dan kegilaan gue sama warna pink itu nggak bakal bisa diganti sama warna lain. Pokoknya gue, Deffa Shandwia nggak bakalan bisa lepas dari warna pink. Iya, itu pasti.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Follow Me

Instagram